Adlink.id-Ada 600 atlet dari 52 cabang olahraga (cabor) di Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur 100-V. Sejak Selasa (24/1) lalu, mereka menjalani rangkaian tes gizi (komposisi tubuh) dan tes fisik. Tes hingga berlangsung Selasa (31/1) besok.
Pengukuran tes fisik dan gizi tersebut merupakan bagian dari program Badan Ilmu Keolahragaan (BSS) bentukan KONI Jatim. BSS dibentuk untuk persiapan PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024.
Sejumlah parameter diukur selama tes. Seperti pengukuran massa otot, massa lemak, level hidrasi, serta keseimbangan kaki dan tangan.
Selain itu, terdapat pengukuran komposisi energi atlet seperti TEE (pengeluaran energi total), REE (pengeluaran energi istirahat), dan ES (penyimpanan energi). Semua pemeriksaan itu dilakukan dengan menggunakan alat bernama bio impedance analysis (BIA).
”Jadi, dihitung kebutuhan energinya berapa, bisa diketahui dari alat itu,” kata tim gizi KONI Jatim Mustika Putri Kustiyoasih kepada Jawa Pos.
Tim gizi juga menghimpun data pola makan atlet. Seluruh hasil tes kemudian digunakan untuk memberikan saran-saran lanjutan.
”Atlet mungkin butuh menaikkan massa otot. Kalau kurang dari standar, kami beri saran makanan apa yang bisa mencukupi,” ucap Mustika.
”Kami juga memantau perkembangan jumlah dan jenis makanan apa saja yang dikonsumsi atlet secara berkala. Nanti kami hitung kalorinya, apakah sudah sesuai atau belum dari kebutuhan energi harian mereka,” imbuh lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga itu.
Nah, setelah mendapat pemeriksaan gizi, para atlet melakukan tes fisik. Bahan untuk setiap kabel berbeda-beda. Beberapa ada yang melakukan multistage fitness test (beep test) untuk mengukur VO2 max, sedangkan yang lain tidak.
”Tes bip untuk cabor di darat. Kalau di udara kan nggak mungkin dia lari. Jadi, kami sesuaikan dengan kebutuhan fisik masing-masing,” jelas koordinator tim fisik KONI Jatim Alfian Dwi Prasetyo kepada Jawa Pos.
Rencananya, tes fisik dan gizi itu dilakukan secara berkala dua bulan sekali. Jangka waktu sampai mendekati PON 2024 mendatang. Direktur BSS Toho Cholik Mutohir menambahkan, pendekatan sport science itu dilakukan supaya puslatda Jatim bisa berjalan efektif dan efisien.
Dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu menilai, saat latihan ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara berbasis intuisi.
”Tapi harus berbasis data, harus berbasis ilmiah yang didukung oleh berbagai disiplin. Ada kesehatan, gizi, psikologi, biomekanika, rehabilitasi. Ini semua bersama-sama membantu pelatih dalam mendesain dan melaksanakan latihan agar berkualitas,” ungkap Toho.